imagesMengenai hebohnya virus flu babi yang sangat berbahaya dan akhir-akhir ini meresahkan warga Mexico dan America, ternyata Menteri Kesehatan (Menkes)Republik Indonesia, Siti Fadilah Supari menyatakan bahwa virus flu burung (H5N1) jauh lebih berbahaya dari virus flu babi (H1N1) terutama untuk wilayah tropis seperti Indonesia. Hal ini diprediksi bahwa virus H1N1 tidak akan mampu hidup di daerah tropis karena biasanya virus ini hidup di daerah empat musim seprti di America dan sekitarnya.

”Masyarakat Indonesia tak perlu panik. Di Meksiko dan Amerika Serikat marak kasus flu babi saat musim dingin, di saat musim semi dan panas virus itu tak dapat bertahan,” tegas Menkes kepada pers Menurut beliau, virus H5N1 jauh lebih berbahaya dari H1N1 bisa terlihat dari data-data yang sudah ada. ”Jika diibaratkan, 100 penderita flu babi kemungkinan meninggal adalah 6 orang, sementara 100 penderita flu burung kemungkinan meninggal bisa mencapai 80 orang,” jelas beliau. Lebih detail lagi, Menkes menyatakan penyakit flu babi (swine flu) adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi. ”Secara umum penyakit ini mirip dengan influenza (Influenza Like Illness-ILL, red),” cetusnya.

Dengan maraknya flu babi di Meksiko dan AS, kata Menkes Departemen Kesehatan (Depkes) telah melakukan langkah-langkah untuk waspada dan pencegahan agar tidak menyebar ke Indonesia. Di Indonesia, lanjut dia, jumlah babi sebenarnya tak terlalu banyak karena lebih dari 85 persen penduduk Indonesia adalah Muslim. ”Selain itu kami juga meminta stop impor daging babi,” jelasnya.

Adapun langlah-langkah yang dilakukan Depkes, ujar Menkes, adalah memasang 10 thermal scanner untuk mendeteksi suhu badan di terminal kedatangan bandara internasional. Kemudian mengaktifkan kembali sekitar 80 sentinel untuk surveillance ILI dan Pneumonia, baik dalam bentuk klinik dan virologi. ”Kemudian menyediakan obat-obatan yang berhubungan dengan penanggulangan flu babi pada dasarnya adalah oseltamivir yang sama untuk H5N1,” tegasnya.

Langkah-langkah lainnya, kata Menkes, adalah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan yang sudah ada dengan kemampuan untuk menangani kasus flu babi. Lalu menyiapkan kemampuan laboratorium untuk pemeriksaan H1N1 di berbagai laboratorium flu burung yang sudah ada. Menyebarluaskan informasi ke masyarakat luas dan menyiagakan kesehatan melalui desa siaga. Kemudian simulasi penanggulangan pandemi influenza yang baru dilakukan pekan lalu di Makassar. ”Ini juga merupakan upaya nyata persiapan pemerintah menghadapi berbagai kemungkinan kejadian luar biasa atau public health emergency international concern (PHEIC) seperti flu babi,” jelasnya.(republika onine)